Popularitas dan Elektabilitas mempunyai makna dan konotasi berbeda, meskipun keduanya mempunyai kedekatan dan kolerasi yang besar. Namun istilah keduanya ini sering disamarkan dalam kehidupan masyarakat kita saat ini. Popularitas di dalam masyarakat kita lebih sering di hubungkan pada terkenalnya seseorang atau individu baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya, sementara elektabilitas dimana adanya kepercayaan orang atau sekelompok orang (masyarakat) untuk memilih atau mengangkat seseorang dalam suatu jabatan tertentu. Artinya elektabilitas berkaitan dengan jenis jabatan yang ingin diraih seseorang. Apabila seseorang dikenal punya kepribadian baik secara luas didalam masyarakatnya besar kemungkinan orang tersebut memiliki elektabilitas tinggi. Tetapi untuk bisa dikenal secara luas, diperlukan usaha untuk memperkenalkannya. Ada orang, ia punya kepribadian baik serta memiliki kinerja tinggi dalam bidang jabatan publik yang ingin dicapainya, tetapi karena tidak ada jalur atau agen yang memperkenalkannya bisa jadi yang bersangkutan menjadi tidak elektabel. Begitu juga sebaliknya, ada orang punya prestasi baik bukan di bidang jabatan publik, karena ada yang mempopulerkan dan mempromosikannya melalui jalur yang tepat bisa jadi yang bersangkutan akan mempunyai elektabilitas yang tinggi.
Dalam pandangan masyarakat kita sering diartikan bahwa orang yang populer dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya dimana seseorang yang mempunyai elektabilitas yang tinggi adalah orang yang populer, asumsi tersebut bisa benar bisa salah. Antara popularitas dan elektabilitas tidak semestinya akan selalu berjalan seiringan, namun adakalanya berbalikan. Seseorang bisa popular karena sering tampil di muka umum. Sering terlibat dengan persoalan-persoalan publik. Walaupun bagaimana cara penampilannya itu merupakan persoalan kedua untuk menilai elektabilitasnya. Sedangkan elektabilitas bisa diartikan sebagai tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas tidak hanya difokuskan pada orang (human) tetapi bisa saja pada barang, jasa, badan atau partai politik.
Kalau Elektabilitas partai politik artinya adalah tingkat keterpilihan/kepercayaan publik pada sebuah partai politik. Jika elektabilitas suatu partai politik tinggi, itu berarti bahwa tingkat keterpilhan masyarakat pada partai tersebut tinggi, tetapi jangan salah karena untuk meningkatkan elektabilitas tersebut harus memenuhi kriteria keterpilihan dan populeritasnya.
Sementara popularitas adalah tingkat keterkenalan di mata publik. Meskipun seseorang itu populer namun belum tentu layak dipilih, artinya populeritas seseorang itu belum tentu memiliki elektabilitas tingkat keterpilihannya dimasyarakat. Begitu juga sebaliknya meskipun punya elektabilitas kelayakan untuk dipilih jika tidak diketahui publik, maka rakyat tidak akan tahu dan tidak memilih.
Tapi realitas pada pemilu legislatif 2019 lalu berbicara lain, dimana elektabilitas dan populeritas belum bisa jadi jaminan seseorang tersebut bisa menduduki jabatan politik di legislatif jika tidak memiliki modal finansial yang kuat, ada orang populer di masyarakat tapi gagal menduduki jabatan politik karena tidak ada yang memilih lantaran tidak memiliki uang untuk bermain money politik. Ada pula orang elektabilitasnya tinggi di bidang jabatan publik namun tidak ada orang/kelompok yang mempromosikan atau dipromosikan sehingga tidak populer dan tidak banyak yang tahu maka yang bersangkutan juga gagal menduduki jabatan politik, ujung-ujungnya yang bersangkutan terkendala masalah dana tidak punya.
Namun sebaliknya ada orang elektabilitas tidak punya juga tidak populer bahkan masyarakat pun terkadang tidak pernah mengenalinya sama sekali, tapi yang bersangkutan bisa menduduki jabatan politik karena punya modal banyak bermain money politik, punya timses yang bergerak mempromosikannya, sehingga ia terpilih menduduki jabatan politik.
Lain lagi cerita para artis yang banyak menduduki jabatan politik dilegislatif karena mereka pada umumnya sudah punya modal popularitas ditambah modal finansial yang mendukung maka dengan gampang bagi mereka untuk membeli suara rakyat dan menduduki jabatan politik walau pada hakikatnya elektabilitas sebagaian mereka dibidang jabatan publik terkadang masih dipertanyakan.
Inilah realita dunia perpolitikan kita saat ini, bila kita ingin memiliki jabatan politik penuhi unsur yang terpenting. Karena popularitas tidak menjamin tanpa uang, juga elektabilitas belum bisa jadi jamin tanpa popularitas dan uang, namun popularitas dan elektabilitas bisa di dapat kan bila punya banyak uang. Selagi mahar politik masih menjadi hal utama di dunia perpolitikan kita dan money politik masih menjadi idola untuk meraih simpati pemilih selama itulah populeritas dan elektabilitas belum bisa jadi jaminan untuk meraih simpati masyarakat dan juga selama pola pikir masyarakat masih menilai sesuatu itu dengan uang, maka selama itulah politik uang masih mendominan.
Dalam pandangan masyarakat kita sering diartikan bahwa orang yang populer dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya dimana seseorang yang mempunyai elektabilitas yang tinggi adalah orang yang populer, asumsi tersebut bisa benar bisa salah. Antara popularitas dan elektabilitas tidak semestinya akan selalu berjalan seiringan, namun adakalanya berbalikan. Seseorang bisa popular karena sering tampil di muka umum. Sering terlibat dengan persoalan-persoalan publik. Walaupun bagaimana cara penampilannya itu merupakan persoalan kedua untuk menilai elektabilitasnya. Sedangkan elektabilitas bisa diartikan sebagai tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas tidak hanya difokuskan pada orang (human) tetapi bisa saja pada barang, jasa, badan atau partai politik.
Kalau Elektabilitas partai politik artinya adalah tingkat keterpilihan/kepercayaan publik pada sebuah partai politik. Jika elektabilitas suatu partai politik tinggi, itu berarti bahwa tingkat keterpilhan masyarakat pada partai tersebut tinggi, tetapi jangan salah karena untuk meningkatkan elektabilitas tersebut harus memenuhi kriteria keterpilihan dan populeritasnya.
Sementara popularitas adalah tingkat keterkenalan di mata publik. Meskipun seseorang itu populer namun belum tentu layak dipilih, artinya populeritas seseorang itu belum tentu memiliki elektabilitas tingkat keterpilihannya dimasyarakat. Begitu juga sebaliknya meskipun punya elektabilitas kelayakan untuk dipilih jika tidak diketahui publik, maka rakyat tidak akan tahu dan tidak memilih.
Tapi realitas pada pemilu legislatif 2019 lalu berbicara lain, dimana elektabilitas dan populeritas belum bisa jadi jaminan seseorang tersebut bisa menduduki jabatan politik di legislatif jika tidak memiliki modal finansial yang kuat, ada orang populer di masyarakat tapi gagal menduduki jabatan politik karena tidak ada yang memilih lantaran tidak memiliki uang untuk bermain money politik. Ada pula orang elektabilitasnya tinggi di bidang jabatan publik namun tidak ada orang/kelompok yang mempromosikan atau dipromosikan sehingga tidak populer dan tidak banyak yang tahu maka yang bersangkutan juga gagal menduduki jabatan politik, ujung-ujungnya yang bersangkutan terkendala masalah dana tidak punya.
Namun sebaliknya ada orang elektabilitas tidak punya juga tidak populer bahkan masyarakat pun terkadang tidak pernah mengenalinya sama sekali, tapi yang bersangkutan bisa menduduki jabatan politik karena punya modal banyak bermain money politik, punya timses yang bergerak mempromosikannya, sehingga ia terpilih menduduki jabatan politik.
Lain lagi cerita para artis yang banyak menduduki jabatan politik dilegislatif karena mereka pada umumnya sudah punya modal popularitas ditambah modal finansial yang mendukung maka dengan gampang bagi mereka untuk membeli suara rakyat dan menduduki jabatan politik walau pada hakikatnya elektabilitas sebagaian mereka dibidang jabatan publik terkadang masih dipertanyakan.
Inilah realita dunia perpolitikan kita saat ini, bila kita ingin memiliki jabatan politik penuhi unsur yang terpenting. Karena popularitas tidak menjamin tanpa uang, juga elektabilitas belum bisa jadi jamin tanpa popularitas dan uang, namun popularitas dan elektabilitas bisa di dapat kan bila punya banyak uang. Selagi mahar politik masih menjadi hal utama di dunia perpolitikan kita dan money politik masih menjadi idola untuk meraih simpati pemilih selama itulah populeritas dan elektabilitas belum bisa jadi jaminan untuk meraih simpati masyarakat dan juga selama pola pikir masyarakat masih menilai sesuatu itu dengan uang, maka selama itulah politik uang masih mendominan.
Belum ada tanggapan untuk "PILEG 2019 : Popularitas dan Elektabilitas Tidak Cukup Tanpa Money Politik"
Posting Komentar